Berita tentang penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) lulusan SMK pada 2022-2024 memberikan kabar baik sekaligus tantangan besar bagi kita. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa per Agustus 2023, TPT lulusan SMK berada di angka 9,31%, sedikit turun dari 9,42% pada Agustus 2022. Meskipun penurunan ini menunjukkan perbaikan dalam penyerapan tenaga kerja, fakta bahwa TPT lulusan SMK masih menjadi yang tertinggi dibandingkan lulusan dari jenjang pendidikan lainnya harus menjadi perhatian serius bagi kita sebagai warga SMK.
Sebagai siswa atau guru SMK, data ini mengingatkan kita bahwa masih ada banyak hal yang harus diperbaiki. Lulusan SMK seharusnya menjadi tenaga kerja siap pakai, tetapi kenyataannya banyak yang belum terserap karena keterampilan mereka belum sesuai dengan kebutuhan industri. Hal ini menuntut kita untuk tidak hanya puas dengan kurikulum yang ada, tetapi juga berusaha mengembangkan diri lebih jauh agar mampu bersaing di dunia kerja yang semakin ketat.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Pertama, sebagai siswa SMK, kita harus meningkatkan kualitas diri dengan belajar keterampilan yang relevan dan mengikuti perkembangan dunia kerja. Jangan hanya mengandalkan pelajaran di kelas. Cobalah untuk mengikuti pelatihan tambahan, seperti kursus digital marketing, desain grafis, atau keterampilan lain yang sedang banyak dicari. Belajar mandiri melalui platform online juga bisa menjadi pilihan untuk mengasah kemampuan di luar apa yang diajarkan di sekolah.
Kedua, sekolah dan guru perlu meningkatkan kerja sama dengan dunia industri. Magang atau program praktik kerja lapangan harus dimanfaatkan dengan serius, bukan sekadar memenuhi kewajiban sekolah. Pengalaman langsung di tempat kerja adalah cara terbaik untuk memahami apa yang dibutuhkan oleh perusahaan. Selain itu, sekolah perlu terus memperbarui kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan pasar, termasuk menambahkan pelajaran tentang teknologi terbaru dan soft skills seperti komunikasi dan manajemen waktu.
Ketiga, kita juga harus fokus pada pengembangan soft skills. Banyak perusahaan menilai kemampuan kerja seseorang tidak hanya dari keterampilan teknis, tetapi juga dari sikap profesional, kemampuan bekerja dalam tim, dan kepemimpinan. Sebagai siswa, aktiflah dalam organisasi sekolah atau kegiatan ekstrakurikuler untuk melatih kemampuan ini. Guru juga bisa memberikan pembelajaran yang mendorong siswa untuk berkomunikasi, berpikir kritis, dan menyelesaikan masalah secara kreatif.
Keempat, jangan lupa pentingnya membangun jejaring. Siswa SMK harus mulai membangun hubungan dengan orang-orang di dunia kerja, baik melalui magang, seminar, atau kegiatan lain yang melibatkan profesional. Guru dan sekolah juga bisa membantu dengan mengundang praktisi industri untuk memberikan pembekalan atau mentoring.
Akhirnya, sebagai warga SMK, kita tidak boleh hanya pasif dan berharap perubahan datang dari orang lain. Penurunan TPT adalah awal yang baik, tetapi masih banyak yang perlu diperjuangkan agar lulusan SMK tidak lagi menjadi yang tertinggi dalam angka pengangguran. Kita semua, siswa, guru, dan pihak sekolah harus bekerja bersama untuk menciptakan generasi SMK yang benar-benar siap bersaing di dunia kerja.
Jangan biarkan statistik ini membuat kita lengah. Jadikan ini sebagai pengingat bahwa masa depan ada di tangan kita sendiri. Dengan usaha, kerja keras, dan kemauan untuk terus belajar, kita bisa membalikkan keadaan dan membuat lulusan SMK menjadi generasi yang paling dicari oleh dunia kerja. Mari bergerak, mulai sekarang!